Selasa, 01 Januari 2013

MELODI MALAM

#awal

Aku sudah memutuskan untuk hidup dengan jalanku, dengan duniaku, dengan pilihanku, dan dengan semua angan-anganku. semua kumulai dengan tekadku akan semua keganjalan-keganjalan dalam
hidupku, hidup yang tidak sama
dengan manusia yang mereka sebut "normal" pada umumnya.

•••

Kubuka pintu kayu berwarna cokelat yang sudah pudar dan retak, kurasa pintu ini sudah cukup tua, terlihat dari cat-catnya pun sudah sedikit keropos, serta bunyi ganjil menyayat hati ketika aku membukanya.

"ini kamarnya, sudah saya bersihkan, kalo aa butuh pertolongan lagi, aa bisa bilang sama saya" ucap Bi iroh, sipenjaga kost-kostan.

Sekilas, melihat Bi iroh aku merasa sedikit aneh, entah mengapa Bi iroh selalu saja membawa sapu lidi ketika berada diruangan rumah kostan ini. aku hanya heran , apa lagi yang harus dia bersihkan, lantai disini sudah bersih kurasa, dan tidak da debu pula yang menempel pada gorden2 jendela . ya , terkecuali sarang laba-laba yang tepat menjaring di sudut kamarku yang mungkin lupa ia bersihkan.

Ruangan kamarku sudah lebih baik dibanding dengan kemarin pada saat aku mensurvey tempat kostan ini. bedcover yang baru, pewangi ruangan yang baru,serta lantai yang kuinjak ini terasa sangat kesat. dan terutama cat tembok berwarna hijau ini sudah polos terlepas dari poster-poster rocker yang mungkin milik si-penyewa sebelum diriku.

Aku merebahkan tubuhku di kasur tua yang cukup untuk dua orang, kututup kedua mataku, kurasakan atmosfer yang tenang dan damai melekat dalam aura khayalku.
bagaimana tidak, suasana dirumah kost-kosatan ini memang pas sesuai dengan seleraku, tanpa AC-pun di tempat ini sudah sejuk, dan juga jauh dari suara gemuruh kendaraan bermotor.

aku menikmatinya, sejak aku tahu tempat ini pas untukku, untuk "duniaku"

hingga aku tertidur dan bermimpi...

•••

"tok tok tok" bunyi ketukan pintu itu terdengar mendengung dan membangunkan aku, aku membuka mataku dengan tenang, dan tepat diatas lemari baju jam dinding menunjukan pukul 9 malam.

beranjak aku dari mimpi, mimpi yang untuk kesekian kalinya sama dan terus menerus menghinghapi tidurku. kubuka pintu kamarku, dan sudah terpatung Bi iroh tepat di hadapanku.

"ada apa Bi?" tanyaku.

Bi Iroh terdiam, seolah tak mendengar pertanyaanku dan hanya melirik tajam sesekali melihat ruanganku .

"Bi .." tanyaku, Lagi.

"eh enggak a, cuma mau nanya! aa mau saya belikan makan malam atau mau memasak saja di dapur?" jawab bi Iroh.

"iya bi, terima kasih gausah repot-repot nanti saya masak saja" balasku, dengan tersenyum.

sedikit heran aku melihat tingkah sipenjaga kost ini, nampak sangat misterius dan tertutup, jika kulihat raut wajahnya, bi iroh nampak sedang menyembunyikan sesuatu. sesuatu yang misterius.

kulupakan soal Bi iroh, seketika aku mengingat hari esok, kuliahku ! ya... tugas kuliahku "oh my god!".

kubuka laptop pemberian dari ayahku yang sudah terpatri tepat diatas meja belajar. ya tuhan, aku jadi kangen dengan ayah dan ibu dirumah, padahal jika kufikir-fikir kembali ucapan mereka ada benarnya, seharusnya aku tetap tinggal dengan mereka daripada harus ngekost dan membayar uang sewa setiap bulannya. tapi , yasudahlah , aku sudah memutuskan untuk sendiri, untuk hidup dengan yang kusebut "duniaku".

waktu sudah menujukan pukul 1 malam, dan tanpa terasa tugasku tentang hukum internasional-pun rampung ku selesaikan hingga detail, ya semoga saja semester ini nilaiku semakin membaik.

Kurenggangkan otot-ototku, terutama jari-jemari dan punggungku karena terlalu lama membungkuk. kutarik nafasku dalam-dalam, kurasakan lagi suasana nyamannya kamar ini. sungguh tenang dan sejuk, sangat sejuk. aku seperti berada pada suatu ruangan yang mungkin hanya akulah satu-satunya mahluk yang dihidup disini.

lokasi kamarku tepat berada pada urutan paling pojok, kamarku bernomor 9 dan berdekatan dengan kamar mandi. dan berutungnya lagi, jika kubuka jendela didekat meja belajarku aku dapat melihat jelas indahnya taman kost-kostan ini.

terdiamku dalam malam, otakku kembali berputar kemasa ganjil. aku masih sedikit bingung dan penasaran soal bi iroh, sapu lidi, serta kamar ini,konon katanya kamar ini sudah tidak ada yang mengisi lagi selama hampir 1 tahun. padahal jika melihat keadaan kamar ini, kamar ini adalah kamar paling nyaman dibandingkan kamar-kamar yang lainnya.

"ah sudahlah, pusing-pusing amat, yang jelas niatku untuk menulis tetap berjalan tanpa hambatan" gumanku sendiri sembari mematikan laptopku.

#cerita-cerita usang

Jam Mata kuliah hukum Internasional-pun selesai, waktu sudah menunjukan pukul 2 siang dan gundah gulana kecemasan hati akan tugas nampak mulai enyah sedikit-demi sedikit. kurasa aku akan mendapat nilai A di semester ini, karena tak ada satu tugaspun dalam mata kuliah pak Sitorus ini aku lewatkan.

"Heeeeerrrrrry!" teriak melengking seseorang dari arah belakang kursiku.

"berisik centil!" balasku, sembari merapihkan isi tasku.

Tiba-tiba saja Mona menghampiriku lalu terduduk tepat berada disampingku bagaikan kilatan petir.

"eh gimana soal kost-kostan loe itu, udah dapet ?" tanya si Gadis berponi itu.

"udah , dan malahan kostan gue ini sesuai banget sama selera gue"

"ya .. ya .. ya .. syukur deh, tapi kapan-kapan gue boleh ya main tempat loe?"

"bolehlah, asaaaaal..."

"asal apaan?..."

"asal loe kuat liat setan"

Mendengar ucapanku, Mona merengek ketakutan dan manja-manja padaku, aku tahu dia teramat takut dan sensi dengn hal-hal berbau "dunia lain" padahal aku hanya bercanda saja mendeskripsikan bahwa kostan ku berhantu. lucunya, pernah suatu saat aku menakutinya dengan voice note horror dan gara-gara voice note itu aku dan dia puasa berteman selama hampir satu minggu.

"udah ah , berisik ! ayoo cari makan gue laper, lagian gue kan cuma bercanda mon " tambahku dan menyeret sigadis cengeng itu.

•••

aku dan Mona sudah seperti kakak beradik. ya meskipun umur kita sebaya, namun aku jauh lebih tua 1 hari jika melihat tanggal, bulan, dan tahun kelahiran kita.

awalnya kukira Mona gadis yang angkuh dan sombong, bagaimana tidak, jika melihat gaya dia berpakaian, handphone canggih yang ia pegang, dan mobil yang selalu membawanya kemanapun ia mau, kurasa Mona salah masuk perguruan tinggi.

"mon loe udah tau cerita soal senior kita yang katanya diculik setahun lalu dan sampe sekarang gak ketemu" tanyaku, dan tanganku yang tetap asik memotong sosis-sosis extra besar .

"ah katanya gosip! dia gak diculik tapi pulang kampung karena gak mampu bayar kuliah lagi" jawab mona . "udah ah jangan bahas begituan, serem! klo loe bahas lagi gue marah besar"

percuma memang jika aku bercerita mengenai sebuah kenganjalan-keganjalan pada gadis ini, yang ada di otaknya mungkin hanya ada kuliah, shoping, dan traveling.

Namun, entah kenapa hidupku akhir-akhir ini teramat amat sangat serba ingin tahu, bahkan yang seharusnya bukan urusanku aku masih saja ingin tahu, segalanya, semuanya.

Mona mengantarku pulang, lebih tepatnya bukan pulang tapi kembali ke dalam duniaku. setelah menghabiskan waktu bersama sepulang kuliah, rasanya sudah tidak terasa hari ini aku lewatkan bersamanya, tak kusangka waktu sudah tepat pukul 8 malam dan akupun telah sampai dipersembunyianku "rumah kost".

waktu memang terasa berjalan sangat amat cepat. mobil sedan bermerek kenamaan milik mona sudah melesat jauh dan hilang dari pandanganku. aku berjalan merayap asing menuju rumah . entah mengapa aku merasa sepeti ada yang sedang memeperhatikanku dari ujung seberang jalan. tapi melihat langit yang mulai gelap rasanya tak penting untuk kufikirkan.

sampailah aku dikamar impianku, namun fikirku semakin penasaran dan bertanya-tanya. aneh ! sangat aneh , seketika aku turun dari mobil Mona didepan pagar rumah kost, aku seperti melihat seorang wanita sedang berteduh di bawah pohon di seberang jalan. dan herannya lagi, apa yang sedang ia lakukan disana, bahkan hujannya pun sudah mulai reda, dan akan tetapi dia hanya terpatung sendiri juga tidak pergi kemana-mana.

aku memang tidak terlalu jelas melihat wajahnya, namun yang kulihat jelas, pakaiannya memang sedikit basah dan rambutnya yang lepek terkena percikan air hujan nampak terlihat kusam.

kusimpan tasku diatas kasur, aku semakin penasaran. kuputuskan untuk pergi kedepan teras rumah dan melihat-nya lagi. ya ! aku memberanikan diri dan berniat untuk menolongnya, kasihan. mungkin orang itu sedang tersesat.

belum sampai aku melewati lorong kamar kostan. seorang lelaki bertubuh kekar tinggi besar melesat keluar dari pintu kamar nomor 5 dan melihatku cukup tajam.

"jangan keluar lewat isya kalo disini!" ucapnya, sipenyewa kamar nomor 5, seorang lelaki sekitaran umur 26 itu.

"ah tidak ko.."jawabku sedikit terbata-bata "aku hanya mau mengecek saja, kulihat tadi diseberang jalan depan pagar ada seorang wanita sedang berteduh sendirian, aku kasihan!"

"acuhkan saja! paling-paling dia hanya mau menengok penghuni baru rumah ini saja" tukasnya , lagi.

"saya Herry !" sapaku sembari memberikan salam tanganku.

"gue Doni! yaudah, intinya inget kata gue, jangan keluar rumah jika selepas isya" balasnya , dan sekali lagi dia menegaskanku.

Doni melesat menuju dapur, aku melihatnya berjalan santai dengan biasa saja tanpa merasakan keanehan-keanehan seperti yang aku rasakan.

Jujur, sampai saat ini aku belum berani mengelilingi seluruh ruangan fasilitas rumah kostan ini dengan leluasa. mulai dari dapur, ruang televisi, bahkan perpustakaan kecil didekat ruang kumpul belakang. aku masih sedikit "dingin" untuk berjalan-jalan sendirian disini.

ucapan Doni mengurunkan niatku. kuputuskan untuk kembali kekamar, dalam fikirku kurasa gadis yang sedang berteduh tadi sudah hilang dan pulang ke rumahnya. dan untuk apa juga aku penasaran dengan gadis tadi, mungkin belum tentu juga aku menghampirinya dan dia menerima pertolonganku.

•••

kubuka laptopku, dan kulihat tanggal merah tertera dalam layar laptopku. bersyukur bahwa besok adalah hari jumat dan itu pertanda tidak ada mata kuliah di hari jumat karena hari besar. intinya malam ini aku benar-benar bisa santai dan fokus untuk "menulis".

kubuka beberapa file-file ceritaku yang kusimpan dalam satu folder khusus. aku mengamati setiap judul yang kubuat, ya ! aku memang teramat sangat hobi menulis. meskipun tulisanku belum pernah aku coba untuk bekerja sama dengan penerbit, hanya hobi saja sejak aku duduk di bangku SMP.

terlebih aku senang menulis jika aku sudah menuliskan kisah nyata yang benar-benar aku rasakan dan aku lihat, atau mungkin kejadian nyata orang lain yang aku tulis. bayangkan saja, bagaimana rasanya jika sebuah tulisan memberikan isi palsu kepada sipembaca, bukankah itu sama saja dengan memanipulasi fikiran kita untuk membaayangkan cerita palsu.

tetapi aku tidak mau arrogant untuk sebuah karya, karena karya seni itu luas. ini hanya pemikiranku saja karena aku saat ini sedang duduk di bangku kuliah yang segalanya mengenai fakta, jadi rasanya tak etis saja aku membuat cerita fiktif. menurut pandanganku bukankah lebih baik karya itu jujur meskipun buruk, daripada bagus tapi dibuat-buat.

•••

pagi yang cerah dihari jumat, bagaimana tidak, udara yang segar yang masuk kedalam kamar ketika membuka jendela. tidak adanya kegaduhan huru-hara jalanan, serta indahnya nyanyian-nyanyian burung berkicau parau memainkan melodi ditelinga.

kuhirup udara segar pagi ini, sejuk, sangat sejuk. kurasa ini pagi pertama paling damai sejak aku tinggal dirumah kost ini, sangat nyaman.

kuputuskan untuk tidak pergi kemanapun hari ini, meskipun Mona sudah mengirimi ku sms untuk ikut pergi nonton film baru. tapi itu tidak mengoyahkanku, aku butuh waktu banyak untuk berkenalan dengan duniaku ini, aku butuh bersosialisasi dengan sekitar dan penghuni rumah kost.

udara sejuk seolah membiusku terdiam dan berkencan dengan alam, tiupan angin pada daun-daun dan bunga-bunga indah di dekat kolam ikan seolah kulihat sedang menari riang dipagi ini. sungguh pemandangn yang jarang.

terdudukku disebuah kursi rotan di teras belakang rumah, jus jeruk segar dipagi hari seolah menambah segarnya hari ini.

seseorang menyapaku, menyapa dengan suara berat dan renyah yang sempat terngiang di memori telinga.

"hari libur gak pergi jalan sama pacar?" ucap seseorang itu yang kemudian duduk disamping kananku.

"ah tidak, hari ini aku ingin berkenalan saja dengan lingkungan disini" jawabku ramah.

tak lain seseorang itu adalah Doni, si kamar nomor 5 yang kemudian asik menyeruput cokelat panas di gelas kaca. Kurasa lelaki ini termasuk kategori yang ramah, dia tak ragu menyapaku. ya meskipun seharusnya akulah yang harus lebih dulu melakukan pendekatan sosial.

"kamu sendiri tidak pergi kemana-mana?" tanyaku.

"kalo gue sih sekitar jam 1 mau pergi nge-gym" jawabnya, lalu tersenyum.

"ohh..." sahutku " iya sih gak heran, badan kamu bidang dan kekar ya"

Doni hanya membalasku dengan senyuman lalu menyeruput isi gelas kaca. sungguh ramah, biasanya seorang lelaki yang melakukan olah raga "gym" akan tinggi hati dan memamerkan setiap ototnya ketika mendapat pujian. namun, berbeda dengan Doni. nilai tambah pada tubuhnya teramat menjadi sangat mahal akan kesederhanaannya.

"kalau boleh tahu, kemana ya penghuni kamar-kamar lainnya, sampe saat ini aku hanya tahu kamu dan bi Iroh saja dirumah ini"

"ada" jawabnya "si penghuni kamar nomer 2 lagi pulang kampung ke bogor, dan yang kamar nomor 6 katanya sih lagi kemping sama mapala dikampusnya" jelasnya, lengkap.

"oh... jadi dari 9 kamar disini hanya ada 4 penghuni saja?"

"iyah, dan rata-rata yang bisa tinggal disini bermental berani kayak loe"

"berani ? maksudnya"

"ya berani, untuk sekalangan manusia penakut jika melihat rumah ini dari depan pagar saja rasanya mereka akan menilai rumah ini seperti melihat rumah tua belanda dan seram, bukan?"

"iya juga sih! tapi justru aku menyukai tempat-tempat yang tenang dan yaa seperti ini"

"enggak heran ko gue, ngeliat gaya lo nampaknya elo tipikal orang yang senang dengan kesunyian"

percakapanku dengan Doni semakin memanjang, dengan bahasan mengenai rumah ini, bahkan hingga tentang penghuni-penghuni sebelumnya yang hanya bertahan satu atau dua bulan saja karena katanya rumah ini angker dan dihuni oleh dunia lain. dan semisal penampakan hantu pocong di toilet ketika ada yang sedang berkaca, jejak kaki berdarah di ruangan televisi, suara tangisan bayi, bahkan yang paling menyeramkan adalah penampakan kuntilanak di kamar setiap malam jumat.

semua cerita yang kudengar dari mulut Doni mendeskripsikan tentang Misteri rumah kost ini menjadi angker. keganjalan-keganjalan, keanehan, bahkan yang terparah adalah soal hilangnya sipenghuni kamar nomor 9 setahun lalu. ya ! kamar nomor 9 yang tak lain adalah kamarku saat ini yang sedikit membuat bulu kudukku merinding ketika kutahu penghuni sebelumku hilang tanpa kabar.

tapi aku lebih mempercayai kenyataan atau fakta, seperi apa yang dikatanan dosen ilmu pidana, pak Ilham "manusia yang bijak adalah mereka yang tidak akan percaya sesuatu hal jika hanya mendengar. tetapi, harus melihatnya dengan kedua mata".

dengan kata lain, aku tidak akan sepenuhnya mempercayai cerita-cerita yang bersumber satu arah. mungkin rasa percayaku pada Doni hanya sekitar 50% saja, itupun dikarenakan adanya beberapa kejadian ganjil seperti wanita di seberang jalan kemarin dan tatapan misterius bi Iroh ketika melihat ruangan kamarku.

•••

aku berlari menuju ruang televisi, aku mendengar suara sesuatu sedang terjatuh disini, seperti ada suara bantingan yang cukup keras.namun, anehnya sungguh heran aku tidak melihat sesuatu hal apapun yang terjadi disini. kulihat lantai disini bersih seperti biasanya, bahkan meja serta sofapun terlihat jauh dari kata berantakan. masih tertata sangat rapih, dan "sunyi".

"lebih baik jangan menghiraukan suara-suara yang aneh! disini memang suka ada yang jahil" ucap Bi Iroh yang tiba-tiba sudah berada tepat dibelakang ku.

jujur, aku sedikit merinding akan hal tadi, suara itu sangat jelas aku dengar sampai ke lorong kamarku yang cukup jauh dari ruang televisi. ditambah melihat bi Iroh yang tiba-tiba muncul dibelakangku tanpa terdengar jejak kaki membuatku semakin kaget.

"lebih baik aa kembali ke kamar dan tidur, aa sudah terlihat cape"

berfikirku panjang akan hal tadi,teringat cerita Doni soal jejak kaki berdarah di ruang televisi, bulu kudukku merinding, seketika suasana semakin dingin dari biasanya. jika adapun jejak kaki berdarah disana herannya aku tak melihat apapun, aneh. sangat aneh!

#bayang-bayang mimpi


bayangan hitam sekelebat menampakan diri meski samar-samar, kakiku berjalan mengikuti arah kemana bayangan itu yang seolah mengajakku untuk mengikutinya. keringat dingin bercucururan seperti tersiram menggelora diseluruh tubuhku dan jantungku berdegup 3 kali lebih kencang dari biasanya. bayangan apakah itu, meski samar namun mengayun-ngayun di udara seperti sedang menari-nari.

rasa penasaranku mengalahkan rasa takut yang sebenarnya ini bukanlah hal baru, pernah aku melihat sesosok pocong atau wanita bergaun putih yang menampakan diri tanp sengaja kulihat. namun sudah tak asing untukku. tapi ini, apa ini ?

...

terbangunku dalam ilusi mimpi, aku sudah tak asing lagi dengan mimpi tadi, mungkin ini mimpi yang kesekian kalinya sama. pasrahku akan dilema tentang bunga tidur, jika adapun itu pertanda aku berharap iti semua akan menandakan hal-hal baik saja.

"hari ini tidak kuliah a" tanya bi Iroh yang sembari serius menyapu lantai teras depan.
"kuliah sore bi"jawabku " bi, bibi percaya dengan hantu atau setan?" tambahku

bi Iroh menatapku tajam, ia berhenti menyapu lantai itu. tatapnya seakan ingin menerkamku, bi iroh seperti marah. namun , apakah ada yang salah dengan pertanyaanku.

"ah sudahlah bi, aku hanya bercanda" gumamku, sembari tersenyum sungkan.

"bibi percaya hal gaib, karena sebenarnya hidup kita berdampingan dengan mereka dan saling membutuhkan" jawab bi iroh , lugas.

apa yang dimaksud bi iroh manusia dn hantu atau setan itu saling membutuhkan, apa yang ia maksud.

"nanti malam pemilik kostan akan datang, seperti biasanya akan ada perjamuan makan malam bersama tepat pukul 9, bibi harap aa ikut bergabung"

"oh iya bi, tentu"


...

sepanjang jam mata kuliah otakku seperti sangat tak karuan, bayangan ilusi mimpi dan misteri kostan ku teramat menyita pemikiranku akhir-akhir ini. entah mengapa, aku seperti terpanggil untuk turut serta dalam cerita aneh ini.

hal itupun membuat Mona kesal padaku, sepanjang jam mata kuliah aku hanya melamun dan mengacuhkannya tanpa kusengaja. bahkan hingga jam mata kuliahku selesai pun aku masih dalam pemikiran "misteri".

"marah , sorry deh ! aku traktir km makan ya .." ucapku sembari mengejar Mona sepanjang lorong gedung.

"tauk ah, bete ! padahal gue udh manggil elo bisik-bisik beberapa kali" jawab mona. sembari tetap berjalan dengan pandangan lurus dan acuh.

" iyaa sorry , emang ada apaan ?"

"gak nafsu ngomong nih, besok deh !"