Senin, 07 Mei 2012

SISI GELAP

Part 1 .

Terpaku aku dalam heningnya malam , Aku bagaikan satu-satunya mahluk yang hidup dikala dunia menjadi tenang .
Kurasa Malam sudah bagaikan teman bagiku , malam menjadi dimana aku berimajinasi tinggi dan memiliki dunia baru, ya! "dunia baru"

"aku butuh kamu" tulisku dalam pesan singkat..

Cinta , Kuharap kau membacanya, kuharap kau membalasnya , kuharap , Kuharap ...

•••••••••

Waktu menunjukan pukul 01.45 siang , panasnya jakarta seolah menjadi musuh terbesarku dikota metropolitan ini.
bagaimana tidak ? Aku mulai "gelap" disini , kulitku yang dulu kekuningan seolah tandus sedikit demi sedikit berubah menjadi kecokelatan.

"jakarta , hampir seperti neraka" ucapku , dengan kesal , dan mengelap keringatku dengan kertas minyak

"nanti juga terbiasa , gue mulanya juga gitu" jawab Gabriel , sembari menarik tanganku dengan paksa dari sebuah mobil taxi berwarna biru

Sungguh ! Alis mataku terbelalak , memerhatikan parasnya, tubuhnya, segalanya.
apakah sesosok lelaki berusia 24 tahun yang kulihat ini bagaikan sebuah tanaman indah merekah yang tumbuh sempurna di padang pasir, sangat menakjubkan

"tapi kulitmu" sanggahku dengan heran sembari kagum "hampir terlihat seperti sesosok boneka barbie"

Gabriel tak menjawab tanya sekaligus pujianku , apakah pertanyaaku salah , apakah pujianku biasa , apakah aku salah ?

Namun ,Ya ! aku bersalah , apa yang akan aku lakukan ini menghianati dia , kekasihku . Kekasihku yang disana , di seberang lautan di sebuah pulau yang berbeda denganku.

••••••••

Segelas kaca strawberry shake terpampang dimeja bundar , di sebuah caffe kenamaan di mall ini . Mall berinisial GI ini memang terkenal nyaman untuk bersantai , berkumpul dan juga "berbisnis"

Aku menyedot sesekali minuman yang kupesan itu , rasanya manis , asam , namun segar , dan mampu menghilangkan kejengkelanku akan keringnya dahaga ini.

•Semanis cinta yang kupunya...
Seasam keadaan yang kurasa....•

"sebentar lagi om rey datang" ucap Gabriel sembari memelototi aku , tajam ..

Aku tersendak, rasanya seperti bukan sari buah strawberry yang kutelan ,melainkan seperti menelan bulat-bulat buah favirku ..

"loe , harus siap" tambah Gabriel , semakin melotot

"iyaa..." jawabku , singkat , pasrah , dan mengangguk ..

Jika bukan karena keadaan , tak akan pernah aku melakukan ini , melakukan perbuatan hina ini, Keadaan , semua karena keadaan .

Tiga puluh menit berlalu seakan cepat , sesosok pria berusia sekitar 35 tahun itu tepat duduk menacap disebelahku , disamping tubuhku dengan ekspresi "gembira".

"ini om , temanku yang om mau" ucap Gabriel pada sesosok yang gembira itu.

"jauh dari penilaianku , he's better daripada foto yang kamu kirim padaku" jawab om roy si rambut botak .

Gabriel tersenyum sumringah , seperi baru saja mendapat kejutan pesta ulang tahun , begitu bersemangat dan terkejut .

AkubsudahbDiperindah , di pajang , dan dijual...

"sesuai , akan kuberikan kamu bonus , is that oke ?" tambah om roy , lagi ...

Gabriel hanya mengedipkan matanya , dan itu berarti bahwa aku "terlelang" dan akan "dinikmati" lelaki berambut botak itu.

•••••••

Terlepas aku dalam situasi"gelap" beberapa jam yang lalu , hampir 5 jam aku dinikmati , dibasahi bibirku dan dijelajahi setiap lekuk tubuhku .

Akhinya , Sampaiku disini , istanaku , tempat peraduanku , tempat dimana aku menangis , bercerita , bersenandung , dan mengingatmu , tempatku "segalanya" ...

Kulihat jam dinding yang menempel di tembok berwarna ungu itu , jarum jam menunjukan pukul 02.38 pagi , ya ! Pagi , pagi buta .

•Aku tak mampu membohongi waktu...
Aku tak bisa menghindar dari waktu...
Namun Cinta, maafkan aku , ampuni aku , aku telah ingkar•

Baru saja 5 menit aku terduduk diatas kasur empuk berwarna biru serasi dengan bantal dan gulingnya. Sungguh, seolah hati tak bisa dibohongi, mataku mulai sembab. Kutahu aku bukan seorang lelaki cengeng dan mudah menangis lalu rapuh, namun sejak aku hidup "sendirian" air mata seolah menjadi hal biasa yang kupertontonkan ..

•lemah , aku sudah lemah, tak mampu tangguh sendirian•

"kemana kamu?"
"dimana kamu?"
"ingatkah denganku?"
"aku , rapuh, saat ini"

••••••

Kutatap Gadis cantik berambut panjang hitam terurai yang tepat duduk disampingku , namanya Sisca yang sedang asik dengan HPnya.

Bisa kubilang dia satu-satunya sahabatku di kota ini , beruntung aku mengenalnya , bahkan aku pun tak menyangka sejak pertama kali aku menginjakan kaki di gedung kampus ini aku bisa akrab dengannya .

Banyak yang membicarakan "Sisca Salvani" si gadis kaya ini , bagaimana mungkin dia tidak menjadi bahan perbincangan , dia adalah seorang anak tunggal yang lahir dari keluarga kaya di Jakarta , ayahnya seorang pengusaha properti ternama , dan ibunya seorang sosialita terkenal .

Mungkin karena hal itu , banyak sekali gadis-gadis dikampusku yang membencinya (membenci kelebihan dan keberuntungannya) .

"kenapa loe ngeliat gue kayak gitu Bar" celetuk Sisca , menoleh ke arahku ..

"ah enggak, tuh ada belek dimata lo" jawabku sembari tersenyum malu-malu.

"ngarang, ngomong aja deh , kalo loe terpikat sama kecantikan gue kan ?" balas Sisca , dengan gaya centilnya sembari mengibaskan rambut hitamnya .

"diiih , males!" celetukku ..

"ngaku deh loe ! " tambah Sisca sembari mencubit perutku ...

Hampir 2 jam aku terduduk memelototi , mendengarkan , dan mengamati apa yang dijelaskan bu Maria , mata kuliah hukum bisnis memang menjadi favoritku , bgaimana tidak , apa yang dijelaskan Bu Maria mudah kumengerti , selain itu , Bu Maria ramah kepadaku dan selalu memberiku nilai sempurna.

entah kenapa , padahal menurut teman satu kelasku bu Maria terkenal pelit untuk memberi nilai "A" , yeaaah "im the lucky one" .


"akhirnyaaaa..." celetuk Sisca sembari menarik nafas dan membuangnya dengan semangat.

"kenapa loe?" tanyaku "abis marathon?"

"gue males sama bu Maria, udah belajar setekun apa pun pasti dapet B" keluhnya , sembari menatap sinis padaku

"eh hari ini temenin gue jalan yah bar"

"itu sih derita lo" balasku ketus

"iya deh , mentang-mentang anak emas si perawan tua , awas taunya itu dosen naksir sama loe"


••••••••

"selalu aja , gue pasti jadi kacung loe" keluhku. kedua tanganku penuh dengan jinjingan barang2 si gadis kaya itu.

"gausah bawel, loe juga udah gue beliin jam kan" jawab Sisca, sigadis kaya sembari mengedipkan sebelah matanya ..

"sekarang kita jalan kemana lagi"

"ZARA , TOP SHOP ...."

Mendengar kedua nama toko brand kenamaan itu , aku hanya mampu menelan ludah ..

3 jam sudah aku menemani sang "tuan putri" bermain di surga dunia ini , dan akhirnya kita terdampar di sebuah restoran jepang terkemuka di salah satu daerah di jakarta selatan , kemang.

Kulihat balanjaan yang kususun rapih disamping kursi-kursi kosong disamping kanan dan kiriku, sudah tak heran jika Sisca memborong banyak barang yang up to date setiap bulannya . Maklum , orang kaya .

"lapaaaar!" ucapku , sembari menempelkan dagu diatas meja .

Tanpa menjawab , Sisca sudah mengerti apa menu favoritku .

Untung, selalu ada kata untung dalam Setiap penderitaan , seperti saat ini , mungkin kedua tanganku lelah menjinjing beban , dan batinku iri melihat kenyataan , yaa ... Selalu ada untung , untung " aku tidak kelaparan"

Kusantap menu-menu favoritku dengan kalap , sudah 3 hari aku memakan makanan serba instan , mie instan , mie instan , dan mie instan . Bukan aku tak memiliki uang untuk pergi makan enak , namun rasanya biaya kuliahku jauh lebih penting dibanding perutku "asal terisi dan kenyang, cukup" .

"Bar, gue mau tanya boleh " tanya Sisca tiba-tiba sembari memelototiku , dengan gaya khasnya .

"kenapa?" jawabku , sembari asik mengunyah shusi .

"menurut loe , Taufan di ausie inget gue gak yah?"

Mendengar nama itu membuatku tercengang, aku bagai tersambar petir dalam gersang.

Otakku melayang, fikiranku kembali ke masa satu tahun silam, Kalau saja sisca tau , mungkin aku sudah diculik pembunuh bayaran lalu dibunuh dan mayatku dibuang ke sungai atau bahkan aku akan dikubur hidup-hidup.

"koq loe diem?"

"mungkin dia lagi sibuk sis, dia juga gak pernah ngehubungin gue koq" balasku , jelas , padat , dan tak mau membahas.

"telfon ga pernah ... sms ga pernah.... gak punya pulsa apa ya dia" keluhnya , dengan ekspresi hampir mirip salah satu iklan provider

"sabar aja , mungkin dia lagi sibuk sama jadwal kuliah dan modelnya"

•••••••••••••••

PART 2 ( aku , kamu , dimasa lalu )

"Aku mencintaimu..." ucapnya dengan nada hangat .

Terheran aku dalam suasana , bagaimana bisa sesosok pria berbadan kekar, tangguh dan begitu "laki-laki" yang duduk disampingku ini bisa mengucapan kalimat segila ini , apa dia sedang mabuk ? Apakah dia ....

"aku tahu kamu juga mencintaiku , aku tahu itu , sejak kau melihatku pertama kali kamu sudah menyukaiku" tambahnya .

"loe gila fan!" jawabku , dengan kaget.

Aku membuang muka dari pandangannya yang seolah memaksaku masuk kedalam dunianya , dunia "cinta"nya .

fokusku pada film yang sedang diputar, meski memang nafsu dan ambisi ini seolah ingin membalasnya , gengamannya , tatapannya .

Taufan mengenggam erat tanganku semakin keras , tanganku seolah akan remuk , sakit , namun ....

Apa yang sedang kulakukan saat ini , apa yang sedang terjadi saat ini , apa aku sedang bermimpi .

Fikirku tak menentu , bagaimana bisa aku menjadi bodoh tak menyadari akal-akalannya , pantas saja dia menyuruhku untuk tidak memberi tahu Sisca, sahabatku soal pertemuanku dan dia hari ini , jadi ini maksud dan tujuannya , untuk ini, menyatakan cinta ini .

Semakin aku merasakan genggaman itu , semakin aku terhanyut dalam segala suasana yang "terbangun" , aku mencoba untuk lepas , aku mencoba untuk menghindar .
Tapi , semakin aku menghindar dan lepas dari gengaman ini semakin keras Dia memegang jemari-jemariku.

Aku berlari bagaikan seorang atlet pelari berambisi mendapatkan juara, kutinggakan Taufan meski dia mencoba menahanku.
tak tahan aku berada dalam situasi dilema ini , aku ingin pergi , aku ingin semuanya ini tidak terjadi .

"ini gila , ini hanya mimpi , ya ! Ini mimpi" gumamku , dalam hati.

••••••••

Gabriel seolah tak heran mendengar ceritaku , dia hanya tersenyum dan seolah mencibir akan apa yang terjadi denganku , perasaanku , keadaanku .

"this is Jakarta" ucapnya , sembari menyalakan rokok mentholnya itu.

Terheran aku akan apa yang dia katakan , apakah ada hubungan keterkaitan antara jakarta , diriku , juga Taufan .

"dia bisex , gue gak heran! Banyak koq cowok yang begitu" tambahnya, dengan santai .

Aku membaringkan tubuhku di sofa berwarna cokelat besar nan empuk ini , dengan perasaan dilema mendengar penilaian Gabriel tentang Taufan bahwa dia seorang "Biseksual" .

Kehidupan Gabriel jauh lebih baik dariku , dia memiliki sebuah apartemen mewah di pusat kota dengan segala fasilitas yang serba lengkap, apartemen ini pun kurasa tak cukup untukku menabung dalam 10 tahun kedepan lantas aku bisa membelinya.

"mending dari pada loe bingung, ntar malem loe ikut gue , gue buka mata loe ! Tentang kehidupan jakarta yang sebenarnya" jelasnya .

"kemana ? Jangan ngajak gue ke club , gue anti asap rokok!" jawabku , mengeluh

"cepetan loe mandi sana , pake baju gue aja ! Gue gak mungkin ngajak loe kesana dengan keadaan loe pake kaos doang"

PART 3 ( awal )

Kurasa jam dinding diatas papan tulis ini rusak , kenapa satu detik serasa satu jam , kenapa satu jam serasa satu hari . Lama , sangat lama .

Aku semakin tak karuan , semakin saja rasa ini mengelebu dan membesar , bagaimana bisa aku mengacuhkan segala yang kulihat dan kudengar , aku hanya mampu berfikir , berfikir tentang dia "Taufan".

"kenapa sih lu ! Gak jelas banget" tanya Sisca sembari menatapku sinis.

Aku hanya tersenyum ...